RenUnGan ReGan

Sunday, March 04, 2007

Pelajaran Untuk Sebuah Ketidakikhlasan

Kepada Sahabatku, terima kasih telah memberikan sebuah pelajaran berharga

Baru jumat minggu lalu aku pulang sejenak ke rumah orangtuaku di Jakarta, setelah lima hari aku tinggal di kosan. Kehidupanku sebagai seorang mahasiswa yang juga merangkap sebagai pekerja part timer menuntut aku untuk hidup dengan menyewa sebuah kamar bersama dengan temanku.

Sore ini, aku baru saja pulang dari tempat kerjaku. Pukul lima lebih empat puluh lima menit kutengok jarum jam yang berdetak perlahan di tangan kiriku. Masih sekitar lima belas menit lagi menjelang adzan maghrib untuk segera membatalkan puasa sunahku di hari pertama awal minggu ini. Aku buru-buru bergegas memasuki kosan untuk segera mempersiapkan buka puasa. Namun saat aku masuk ke kamar kosanku aku sangat kaget. Galon air mineral yang kubeli jumat minggu lalu, yang kupersiapkan untuk berbuka sore itu sudah tandas isinya. Padahal baru aku beli tiga hari yang lalu. Akhirnya kuputuskan untuk meminta segelas air putih ke ibu kos untuk buka puasa.


Jarum jam menunjukkan pukul 21.14 kulihat dilayar hp kecilku itu. Sudah cukup malam batinku dalam hati. Namun suasana lalu lintas di kota ini masih tetap saja ramai seiring dengan ramainya para developer kelas kakap berlomba-lomba membangun pusat perbelanjaan di kota yang terkenal dengan kemacetannya ini.

Baru segelas air putih dan sepotong roti tawar berbalut meisies yang masuk ke dalam tenggorokanku ini semenjak lepas maghrib tadi, karena setelah itu aku segera bergegas pergi ke kampus untuk ujian, dan baru pulang malam ini. Sambil berjalan pulang, kusempatkan mampir di warung nasi goreng untuk melepaskan rasa laparku.

Aku memasuki kamar kosku. Sepi…pertanda bahwa my roommates belum pulang. Aku tidak tau ia pergi kemana karena sejak sore tadi aku memang belum bertemu dengannya.
Segera ku tunaikan Isya-ku dan setelah itu aku sudah tidak ingat lagi karena terbuai dalam tidurku.


Aku terjaga!!! kulirik angka jam yang ada di layar ponselku, 03.40. Bergegas aku bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Kusegerakan Qiyamullail karena sebentar lagi waktu subuh menjelang. Aku juga sempat melirik my roommates yang kelihatannya terlelap sekali tidurnya. Menjelang pukul lima lebih seperempat, ku goyangkan perlahan-lahan tubuh tinggi besarnya itu untuk shalat Subuh, namun ia tak juga bangkit, hanya geliatnya saja yang tampak ke kanan dan ke kiri. Setengah jam kemudian barulah ia benar-benar bangun untuk shalat subuh dan selanjutnya kembali ke peraduannya lagi.

Hari ini, aku berangkat lebih awal dari biasanya karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini dengan segera. Pagi itu aku memang haus sekali karena sejak tadi malam aku hanya minum sedikit. Setelah kuingat-ingat ternyata sejak kemarin petang aku hanya minum 3 gelas. “Wah dehidrasi deh” ucapku lirih sambil memandangi galon air mineral yang telah kosong isinya sejak kemarin.

Sepanjang perjalanan ke tempat kerja aku berpikir, kemana sajakah air sebanyak itu yang aku beli jumat minggu lalu dengan uangku sendiri bukan patungan dengan my roommates. Aku memang tidak pernah melarangnya untuk minum air itu, namun paling tidak ia harus menyadari bahwa air itu bukan sepenuhnya milik dia – yang sama sekali tidak ikut andil dalam pembelian-- Mestinya ia minta izin dulu kepadaku melalui sms kalau ingin meggunakannya lebih banyak. Bukan meninggalkan botol dalam keadaan kosong dan merasa tak bertanggung jawab kepadaku, batinku dalam hati.


Tak terasa ternyata aku telah sampai di kantor. Bergegas aku pergi ke pantry untuk mengambil air dan minum sepuasnya. Aktivitasku hari ini lumayan padat, namun menjelang sore aku dapat menyelesaikannya dan kembali dari kantor dengan hati yang lega.

Sampai di ujung gang dekat kos kusempatkan memesan galor air mineral untuk minumku beberapa hari mendatang. Aku tidak memikirkan temanku lagi. Bahkan sempat terbersit dalam hati ini akan menolak mentah-mentah dengan sebuah kata TIDAK!!!!!! Untuk permintaan segelas air putih dari my roomates. Astaghfirullah………….
Namun bagaimana lagi…? kekesalanku sudah membuncah dan sepertinya temanku yang satu ini memang harus benar-benar diberi pelajaran.

***
Lima belas menit telah berlalu dari mata kuliah terakhirku. Dosen telah bersiap-siap mengakhiri kuliah dan para mahasiswa pun bergegas untuk pulang.
Akhirnya malam itu aku tiba juga di kosan cukup awal dari biasanya. Ketika aku menjejakkan kaki di kamar terasa oleh ku sebuah genangan air dalam kamar. Segera kunyalakan lampu dan kulihat ternyata galon air mineral yang kubeli tadi sore bocor dan membasahi seluruh barang-barang yang tergeletak dekat dengan sumber air tersebut. Pun karpet serta kasur yang kusandarkan tak jauh dari galon itu. Dan otomatis aku pun tak bisa tidur untuk malam itu. Termasuk juga komputer dan hardisk yang nyata-nyata memang aku letakkan tak jauh dari sana.

Aku sadari bahwa aku membeli air dengan tidak ikhlas. Selain itu aku juga telah mempunyai pikiran yang macam-macam terhadap kawanku. Sungguh, ternyata ketidakikhlasanku harus dibeli mahal dengan materi, kekecewaan, dan kesabaran yang benar-benar tinggi.

*****
Waktu berjalan cepat di sepertiga malam ini, kutumpahkan segala keluh kesah dan keganjalan dalam hati di hadapanMu Ya Rabb Sang Maha Pengasih, yang mengatur segala sesuatu kejadian. Semua ini terjadi pasti atas KehendakMu. Tiada luput satu helai daun yang jatuh pun pasti atas Kehendak-Mu. Ya Allah aku mohon ampun atas ketidakihlasanku menjalani ini semua. Tersungkur aku bersujud memohon beribu-ribu ampun pada-Mu Ya Allah.


0 Comments:

Post a Comment

<< Home